^Bismillahirrahmanirrahim^
Kumpulan
Cerpen
By : Nurfitriyani Muslimah Dhoifah.
Episode :
#JILBAB
Begini ceritanya..
Suatu hari teman sekelas memanggil saya...
sebut saja namanya Safa, dia memanggil saya dari belakang.
“Nur, Nur sini deh”
Saya
yang saat itu sedang mengerjakan LKS Sosiologi langsung berbalik badan dan
menghampirinya.
“ada apa
Safa ?”
sambil
membawa kerudung dari tas dia pun menjawab
“Begini
Nur, sekarang ini aku ulang tahun. Aku dikasih kado sama temen, eh ternyata
kadonya jilbab. Niatnya mau berjilbab. Tapi...”
Sebelum dia bicara lebih intens saya langsung
nyelonor saking bahagia
“oh
Alhamdilulillah atuh kalau gitu mah.. yee selamat yah.. semoga denga
bertambahnya usia kamu bisa berhijrah ke arah yang lebih baik :D”..
Ternyata eh ternyata dia langsung membalas
dengan sigap.
“Tapi Nur, aku belum siap, aku belum
memantaskan diri.. aku takut orang-orang sebut aku sok alim. Aku memang
dikerudung tapi buka lepas, buka lepas.. bukankah berproses lebih baik ? kamu
juga gitu kan Nur ? kamu bilang kamu dulu juga pakai jilbab pendek kan ?
berarti kamu berproses kan ? lagian aku belum siap Nur, lebih baik aku jilbabin
hati dulu daripad nggak bisa mempertanggung jawabkan jilbabku. Lagian juga
banyak kan yang pakai jilbab hatinya buruk ? mereka suka pacaran, boncengan
sama laki-laki dan sebagainya. Aku takut Nur, sedangkan maaf aku belum bisa
ninggalin kegiatan aku.”
Dengan
nada terkaget-kaget dengan pernyataan panjang bin lebar ala temenku itu membuat
dada terasa terpompa kencang (untung nggak jantungan). Tadinya aku mau jawab
“Terus
aku harus bilang WOW gitu ?”
Hmm,
pernyataan yang menghancurkan refortasi bangett...
Lanjut...
Aku
cukup bingung dengan temanku. Harus memberi jawaban apa ? kalau to the point
memberikan dalil dan hadist dia pasti nganggap lelucon dan dengan biasa
menjawab
“mangga,
mangga Bu Hajah !”
Aku juga
takut salah tafsir nanti dosanya gede lagi. Haduh T.T
Aku
bingung di tenagh pagi ketika Mentari belum ada di tengah langit biru berbalut
awan stratus. Seharusnya ketika pagi otakku fresh dan top cer alias encer.
Wah.. harus apa ini ? gimana yah ? Soalnya iya juga aku dulu berproses panjang.
Tapi ini beda. Ini pertanyaan. Yasudahlah aku jawab saja seadanya. Dan sengan
wajah aneh dan sedikit garuk-garuk kepala (ntah ada kutu atau apa yang aku
rasakan hanya ingin garuk-garuk)*tanda bingung. Karena bingung aku menjawab
“yayaya..
tapi prosesnya jangan terlalu lama juga... harus terealisasi secepat juga..
karena itu hakikatnya kebaikan. Bukankah niat baik sudah dicatat terlebih
dahulu oleh malaikat ? Lebih baik secepatnya yah.”
Dia pun
menimpal lagi.
“Iya Nur ini juga sedang berproses. Do’akan yah semoga aku cepat dapet hidayah..”
“Iya Nur ini juga sedang berproses. Do’akan yah semoga aku cepat dapet hidayah..”
Hah ?
Lagian dia kok bilang “belum dapet hidayah” sebuah kata yang fatal. Maksudnya
Hidayah apa ? Hidayahkan banyak ? Ada Hidayah Taqwim, Hidayah Hawas, Hidayah
Ilham, Hidayah Aqli, Hidayah Diin dan Hidayah Taufik alias keinginan/usaha
untuk melakukan kebaikan. Hmm, bukannya Hidatah itu harus dijemput yah ?
bukannya Allah berfirman :
“Sesungguhnya
Aku tidak akan merubah suatu kaum itu tidak merubah dirinya sendiri.” QS.
Ar-Rad ayat 11. Berarti salah jia belum dapet Hidayah. Karena hidayah itu harus
dicari bukan ditunggu.. haduh bingung sesi kedua ini mah. Masalah Hidayah
ngomongnya gimana ????????? Apkah aku harus jawab dengan seadanya again. Tidak
mungkin ! aku harus katakan ! yah katakan walau satu ayat ! Aku pun langsung
memberikan dia dalil ya surat Ar-Rad tadi. Eh tiba-tiba di belakang laki-laki
langsung menanggapi obrolan kami berdua.
“Eh mamah Dedeh yang lagi ngedalil... Curhat dong
mahhh....”
Haduh
malu.. Safa pun akhirnya larut tertawa terbahak-bahak bersama mereka dan
berkata “Haduh Bu Hajah aya-aya wae”
Hah ?
Makin bungung ajah aku, wong dia yang nanya... daripada mereka ngaler-ngidul nggak
jelas dan lebih parah, aku pun segera beranjak ke meja dan melanjutkan tugas
yang tertunda dengan hati yang sedikit kesal dan geram juga. Udah tugas nggak
beres + orang nany tapi dijawab tapi nggak serius. Ah, sudahlah pikirku, mereka
masih awam. Toh tidak ada ruginya menyampaikan suatu ilmu kan ? lumayan ladang
amal.
Suatu
malam aku kepikiran lagi cerita tentang percakapanku dengan Safa..
Jreng-jreng..
Tuing-tuing
(di atas kepala ada lampu).
Di malam
yang masih ramah, di kamar tercinta, kulihat hari ini tak ada kilauan si kecil
bintang lucu yang bisa ditembaki karena tadi sore hujan. Awan commulu nimbus
mungkin menghalanginya. Haha mengenai nembak bintang, jadi inget zaman dulu
alias flashback ketika zaman masih unyu-unyu menyanyikan lagu “Bintang di
langit, ditembak ngajuralit.” Ahahaha ma’lum pikirannya masih jernih untuk dikaitkan dengan teori yang dipelajari
di sekolah. Yaya kembali ke topik permasalahan, aku sudah menemukan jawabannya.
“Percuma
berjilbab jika perilakunya negatif” begitulah apologi yang seakan logis namun
menyesatkan. Jawabnnya adalah jreng-jreng..
“Padahal
berprilaku baik dimulai dari memakai jilbab. Sudah jelas bukan, bahwa Allah
telah memerintahkan untuk menutup aurat agar wanita lebih terjaga dan yang
boleh nampak hanyalah wajah dan telapak tangan, selebihnya harus ditutup,
kecuali kepada orang-orag yang dibolehkan melihatnya. Menggunakan jilbab adalah
wajib, sama halnya denagn shalat dan puasa yang telah ada di dalam Al-Qur’an.
Lah wong perintah berjilbab juga banyak dibahas di dalam Al-Qur’an jadi simple
jawabannya ‘yang berjilbab dapet pahala yang nggak yah dapet dosa’
wallahu’lam.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar