Rabu, 06 Mei 2015

Jilbab. sebuah cerpen

^Bismillahirrahmanirrahim^
Kumpulan Cerpen
By : Nurfitriyani Muslimah Dhoifah.
Episode : #JILBAB
Begini ceritanya..
Suatu hari teman sekelas memanggil saya... sebut saja namanya Safa, dia memanggil saya dari belakang.
 “Nur, Nur sini deh”
Saya yang saat itu sedang mengerjakan LKS Sosiologi langsung berbalik badan dan menghampirinya.
“ada apa Safa ?”
sambil membawa kerudung dari tas dia pun menjawab  
“Begini Nur, sekarang ini aku ulang tahun. Aku dikasih kado sama temen, eh ternyata kadonya jilbab. Niatnya mau berjilbab. Tapi...”
 Sebelum dia bicara lebih intens saya langsung nyelonor saking bahagia
“oh Alhamdilulillah atuh kalau gitu mah.. yee selamat yah.. semoga denga bertambahnya usia kamu bisa berhijrah ke arah yang lebih baik :D”..
 Ternyata eh ternyata dia langsung membalas dengan sigap.
 “Tapi Nur, aku belum siap, aku belum memantaskan diri.. aku takut orang-orang sebut aku sok alim. Aku memang dikerudung tapi buka lepas, buka lepas.. bukankah berproses lebih baik ? kamu juga gitu kan Nur ? kamu bilang kamu dulu juga pakai jilbab pendek kan ? berarti kamu berproses kan ? lagian aku belum siap Nur, lebih baik aku jilbabin hati dulu daripad nggak bisa mempertanggung jawabkan jilbabku. Lagian juga banyak kan yang pakai jilbab hatinya buruk ? mereka suka pacaran, boncengan sama laki-laki dan sebagainya. Aku takut Nur, sedangkan maaf aku belum bisa ninggalin kegiatan aku.”
Dengan nada terkaget-kaget dengan pernyataan panjang bin lebar ala temenku itu membuat dada terasa terpompa kencang (untung nggak jantungan). Tadinya aku mau jawab
“Terus aku harus bilang WOW gitu ?”
Hmm, pernyataan yang menghancurkan refortasi bangett...
Lanjut...
Aku cukup bingung dengan temanku. Harus memberi jawaban apa ? kalau to the point memberikan dalil dan hadist dia pasti nganggap lelucon dan dengan biasa menjawab
“mangga, mangga Bu Hajah !”
Aku juga takut salah tafsir nanti dosanya gede lagi. Haduh T.T
Aku bingung di tenagh pagi ketika Mentari belum ada di tengah langit biru berbalut awan stratus. Seharusnya ketika pagi otakku fresh dan top cer alias encer. Wah.. harus apa ini ? gimana yah ? Soalnya iya juga aku dulu berproses panjang. Tapi ini beda. Ini pertanyaan. Yasudahlah aku jawab saja seadanya. Dan sengan wajah aneh dan sedikit garuk-garuk kepala (ntah ada kutu atau apa yang aku rasakan hanya ingin garuk-garuk)*tanda bingung. Karena bingung aku menjawab
“yayaya.. tapi prosesnya jangan terlalu lama juga... harus terealisasi secepat juga.. karena itu hakikatnya kebaikan. Bukankah niat baik sudah dicatat terlebih dahulu oleh malaikat ? Lebih baik secepatnya yah.”
Dia pun menimpal lagi.
“Iya Nur ini juga sedang berproses. Do’akan yah semoga aku cepat dapet hidayah..”
Hah ? Lagian dia kok bilang “belum dapet hidayah” sebuah kata yang fatal. Maksudnya Hidayah apa ? Hidayahkan banyak ? Ada Hidayah Taqwim, Hidayah Hawas, Hidayah Ilham, Hidayah Aqli, Hidayah Diin dan Hidayah Taufik alias keinginan/usaha untuk melakukan kebaikan. Hmm, bukannya Hidatah itu harus dijemput yah ? bukannya Allah berfirman :
“Sesungguhnya Aku tidak akan merubah suatu kaum itu tidak merubah dirinya sendiri.” QS. Ar-Rad ayat 11. Berarti salah jia belum dapet Hidayah. Karena hidayah itu harus dicari bukan ditunggu.. haduh bingung sesi kedua ini mah. Masalah Hidayah ngomongnya gimana ????????? Apkah aku harus jawab dengan seadanya again. Tidak mungkin ! aku harus katakan ! yah katakan walau satu ayat ! Aku pun langsung memberikan dia dalil ya surat Ar-Rad tadi. Eh tiba-tiba di belakang laki-laki langsung menanggapi obrolan kami berdua.
“Eh  mamah Dedeh yang lagi ngedalil... Curhat dong mahhh....”
Haduh malu.. Safa pun akhirnya larut tertawa terbahak-bahak bersama mereka dan berkata “Haduh Bu Hajah aya-aya wae”
Hah ? Makin bungung ajah aku, wong dia yang nanya... daripada mereka ngaler-ngidul nggak jelas dan lebih parah, aku pun segera beranjak ke meja dan melanjutkan tugas yang tertunda dengan hati yang sedikit kesal dan geram juga. Udah tugas nggak beres + orang nany tapi dijawab tapi nggak serius. Ah, sudahlah pikirku, mereka masih awam. Toh tidak ada ruginya menyampaikan suatu ilmu kan ? lumayan ladang amal.

Suatu malam aku kepikiran lagi cerita tentang percakapanku dengan Safa..
Jreng-jreng..
Tuing-tuing (di atas kepala ada lampu).
Di malam yang masih ramah, di kamar tercinta, kulihat hari ini tak ada kilauan si kecil bintang lucu yang bisa ditembaki karena tadi sore hujan. Awan commulu nimbus mungkin menghalanginya. Haha mengenai nembak bintang, jadi inget zaman dulu alias flashback ketika zaman masih unyu-unyu menyanyikan lagu “Bintang di langit, ditembak ngajuralit.” Ahahaha ma’lum pikirannya masih jernih  untuk dikaitkan dengan teori yang dipelajari di sekolah. Yaya kembali ke topik permasalahan, aku sudah menemukan jawabannya.
“Percuma berjilbab jika perilakunya negatif” begitulah apologi yang seakan logis namun menyesatkan. Jawabnnya adalah jreng-jreng..

“Padahal berprilaku baik dimulai dari memakai jilbab. Sudah jelas bukan, bahwa Allah telah memerintahkan untuk menutup aurat agar wanita lebih terjaga dan yang boleh nampak hanyalah wajah dan telapak tangan, selebihnya harus ditutup, kecuali kepada orang-orag yang dibolehkan melihatnya. Menggunakan jilbab adalah wajib, sama halnya denagn shalat dan puasa yang telah ada di dalam Al-Qur’an. Lah wong perintah berjilbab juga banyak dibahas di dalam Al-Qur’an jadi simple jawabannya ‘yang berjilbab dapet pahala yang nggak yah dapet dosa’ wallahu’lam.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar